"Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar"
Bahasa
yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi. Sebagai alat
komunikasi, bahasa harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan bicara.
Karenanya, laras bahasa yang dipilih pun harus sesuai .
Ada lima laras bahasa yang dapat
digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai derajat keformalannya, ragam
tersebut dibagi sebagai berikut.
- Ragam beku (frozen) digunakan pada situasi hikmat dan
sangat sedikit memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan
pengadilan, dan upacara pernikahan.
- Ragam resmi (formal) digunakan dalam komunikasi resmi
seperti pada pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
- Ragam konsultatif (consultative) digunakan dalam
pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti
dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
- Ragam santai (casual) digunakan dalam suasana tidak
resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan
akrab.
- Ragam akrab (intimate) digunakan di antara orang yang
memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan.
Ciri-ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut.
- Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan
penerapan pola kalimat baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu
kami sedang ikuti.
- Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan
bukan cantik banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak
gampang.
- Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini
berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa
baku harus mengikuti aturan ini.
- Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga
saat ini belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat
dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek
setempat atau bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan
bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
- Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum
yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya
mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh
pendengar atau pembaca persis sesuai maksud aslinya. Dari semua ciri bahasa
baku tersebut, sebenarnya hanya nomor 2 (kata baku) dan nomor 4 (lafal baku)
yang paling sulit dilakukan pada semua ragam. Tata bahasa normatif, ejaan
resmi, dan kalimat efektif dapat diterapkan (dengan penyesuaian) mulai dari
ragam akrab hingga ragam beku. Penggunaan kata baku dan lafal baku pada ragam
konsultatif, santai, dan akrab malah akan menyebabkan bahasa menjadi tidak baik
karena tidak sesuai dengan situasi.Jika saya perhatikan, semakin tidak benar bahasa saya
sewaktu menulis atau berbicara, berarti semakin akrab hubungan saya dengan
lawan bicara saya.Maaf, Mas Amal, saya belum bisa memenuhi imbauan untuk
menggunakan bahasa yang benar di seluruh kicauan saya.Tapi saya usahakan untuk
menggunakan bahasa yang baik.
Berbahasa Indonesia dengan baik
dan benar dapat di artikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya
dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul.Ungkapan bahasa Indonesia
yang baik dan benar mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan
kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang di ucapkan harus baku. Berbahasa Indonesia dengan baik
dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaianya
sesuai dengan situasi dan kondisi . Pada kondisi tertentu ,yaitu pada situasi
formal pengguanaan bahasa Indonesia yang benar menjadi pioritas uutama.
Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku .Kendala yang
harus di hindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya
gejala bahasa seperti interferensi, integrasi ,campur kode, alih kode dan
bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal
ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Misalnya dalam pertanyaan
sehari-sehari dengan menggunakan bahasa yang baku,
Contoh ketika dalam dialog
antara seorang dosen dengan seorang mahasiswa .
- Pak Dosen : Deni apakah kamu sudah mengerjakan Tugas
Bahasa Indonesia ?
- Deni : sudah saya kerjakan dan sudah saya kirim ke email
pak.
- Pak Dosen : Baiklah kalau begitu , akan segera saya cek .
- Deni : terima kasih pak
Contoh lain terdapat pada
undang-undang dasar antara lain :
Undang - undang dasar 1945 pembukaan
bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan. Dari beberapa kalimat dalam undang-undang
tersebut menunjukan bahasa yang sangat baku,dan merupakan pemakaian bahasa
secara baik dan benar.
Contoh lain dalam hal tawar -
menawar di pasar , misalnya pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian,
keheranan, atau kecurigaan . Akan sangat ganjil bila dalam tawar-menawar dengan
tukang sayur atau tukang becak kita memakai bahasa Indonesia yang baku seperti
ini.
- Berapakah ibu mau menjual 1Kg wortel ini?
- Apakah Nang becak bersedia mengantar saya kepasar
Cileungsi dan berapa ongkosnya?
Contoh diatas adalah
contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tidak
efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu untuk
situasi seperti diatas kalimat (3) dan (4) berikut akan lebih tepat.
- Berapa nih bu,wortelnya 1Kg ?
- Kepasar Cileungsi , Berapa bang ?
Perbedaan dari bahasa
Indonesia yang benar dengan bahasa gaul
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Gaul
(informal)
|
Aku, Saya
|
Gue
|
Kamu
|
Elo
|
Di masa depan
|
kapan-kapan
|
Apakah benar?
|
Emangnya bener?
|
Tidak
|
Gak
|
Tidak Peduli
|
Emang gue pikirin
|
Dari contoh diatas perbedaan
antar bahasa yang baku dan non baku dapat terlihat dari pengucapan dan tata
cara penulisannya. Bahasa Indonesia baik dan benar merupakan bahasa yang mudah
dipahami, bentuk bahasa baku yang sah agar secara luas masyarakat Indonesia
berkomunikasi menggunakan bahasa nasional.
Contoh “kami , putra dan putri
Indonesia bahasa persatuan, bahasa Indonesia, demikianlah bunyi alenia ketiga
sumpah pemuda yang telah dirumuskan oleh para pemuda yang kemudian menjadi
pendiri bangsa dan Negara Indonesia. Bunyi alinea ketiga dalam ikrar sumpah
pemuda itu jelas bahwa yang menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa
Indonesia. Kita sebagai bagian bangsa Indonesia sudah selayaknya menjunjung
tinggi bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-sehari.
Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa
yang benar adalah kaidah bahasa dan kaidah itu sendiri meliputi 6 aspek .
- Tata Bunyi (Fonologi)
- Tata bahasa (Kata dan Kalimat)
- Kosakata
- Ejaan
- Makna
- kelogisan.
Pada
aspek tata bunyi kita mungkin sudah mengenal bunyi |f|,|v| dan |z|
Contoh Kata – kata yang benar
adalah fajar, fakir (miskin), motif, aktif, variable, vitamin, devaluasi,
zakat, zebra dan izin . dan bukan pajar, pakir (miskin), motip, aktip,
pariable, pitamin, depaluasi, jakat, jebra dan ijin .
Pada
aspek pelafalan termasuk juga aspek tata bunyi
Contoh pelafan yang benar adalah
kompleks, korps, transmigrasi, ekspor bukan komplek, korp, tranmigrasi dan
ekspot .
Pada
aspek tata bahasa
Contoh bentuk tata bahasa yang
benar adalah ubah, mencari, terdesak, mengebut, tegakan dan pertanggung jawaban
. bukan obah/robah/rubah, nyari, kedesak, ngebut, tegakan dan pertangungan
jawab .
Dalam
segi kalimat dalam kalimat mandiri , pada kalimat mandiri harus
mempunyai subjek, predikat dan objek/keterangan .
contoh kalimat : pada tabel di
atas memperlihatkan bahwa wanita lebih banyak daripada pria .
jika kata “pada” di tiadakan,
kata tabel di atas menjadi subjek atau kata “memperlihatkan” diubah “terlihat”
agar kata bahwa dan seterusnya menjadi subjek . dengan demikian kata itu
menjadi benar.
Pada
aspek kosakata kata – kata
seperti bilang, kasih, entar dan udah . lebih baik diubah dengan
berkata/mengatakan, memberi, sebentar dan sudah . agar menjadi bahasa indonesia
yang benar . dalam hubungannya dengan peristilahan, istilah dampak (impact),
Bandar udara , keluaran (output) dan pajak tanah (land tax) sebagai istilah
yang benar daripada istilah pengaruh, pelabuhan udara, hasil dan pajak
bumi .dalam segi ejaan , penulisan yang benar adalah analisis, hakikat, objek,
jadwal, kualitas dan hiraki . Dalam segi makna , penggunaan bahasa yang
benar berikatan dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan makna .
seperti dalam bahasa ilmu tidak tepat jika digunakan kata yang bermakna
konotatif (kiasan) . jadi penggunaan bahasa yang benar harus sesuai dengan
kaidah bahasa . Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih
ragam bahas yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi . pemelihan itu berikatan
dengan topik yang di bicarakan , tujuan pembicaraan, orang yang di ajak
berbicara ( kalau lisan ) atau pembaca (jika tulis) , dan tempat pembicaraan .
selain itu, bahasa yang baik itu bernalar , dalam arti bahwa bahasa yang kita
gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita .
Contoh kalimat dibawah ini tidak
sesuai dengan tata nilai masyarakat Indonesia karena tidak cocok dengan logika
penutur bahasa Indonesia
“ Gadis itu jalan -
jalan di sungai ” .
Bagi orang afrika yang mengenal
musim panas berkepanjangan ( sungai kering ) atau eropa yang menganal musim
dingin ( air sungai membeku ) kalimat tersebut dapat di terima . tampaknya ,
masalah logika berkaitan dengan iklim ( alam), tradisi dan pengalaman penutur
bahasa . jadi , kalimat tersebut tidak baik bagi penutur bahasa Indonesia
walaupun benar sesuia dengan kaidah bahasa Indonesia .
Bahasa
sebagai alat komunikasi
Dari kata komunikasi itu sendiri dapat diartikan sebagai
proses penyampaian pesan dari pembicara kepada pendengar melalui sarana bahasa
secara lisan dan tulisan. Komunikator atau pembicara menyampaikan informasi
lewat kalimat-kalimat yang dianggap dapat menjelaskan maksud yang ingin
diungkapkan. Kalimat-kalimat tersebut harus dapat dipahami oleh pendengar agar
nantinya mendapatkan respons berupa jawaban atau tanggapan yang sesuai. Untuk
mencapai komunikasi yang baik dan lancar, kalimat yang disampaikan harus
efektif dan komunikatif.
Bahasa
Indonesia menjadi alat komunikasi untuk dapat berinteraksi antara yang
satu dengan yang lain sehingga pesan yang hendak kita sampaikan dapat
dimengerti. Komunikasi merupakan akibat dari ekspresi diri. Komunikasi tidak
akan sempurna bila ekspresi orang tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan apa semua yang dirasakan,
pikiran, dan yang diketahuinya kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi,
bahasa merupakan penyampaian sesuatu manusi melahirkan perasaanya dan
memungkinkannya menciptakan kerja sama dengan sesame warga. Ia mengatur
berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan, mengarahkan masa
depan. Dalam pengalaman sehari-hari, sejak kanak-kanak hingga seorang meningkat
dewasa, bahasa perseorangan mengalami perkembangan, sejalan dengan bertambahnya
kenyataan-kenyataan atau pengalaman-pengalaman seseorang. Bila seseorang
membandingkan bahasa suatu sistem keseluruhan dengan wujud dan fungsi bahasa
yang bertahap-tahap dalam kehidupan individual, yaitu wujud dan fungsi yang
terbatas pada masa kanak-kanak, serta wujud dan fungsi bahasa yang jauh lebih
luas pada waktu seseorang telah dewasa, maka dapat dibayangkan betapa wujud dan
fungsi bahasa itu mengalami perkembangan dari jaman ke jaman sesuai dengan
perkembangan intelektual manusia dan kekayaan cipta karya manusia sebagai hasil
dari kemajuan intelektual itu sendiri.
Tujuan
Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi
Penggunaan bahasa sebagai alat
komunikasi, memiliki tujuan tertentu yaitu agar kita dipahami oleh orang lain.
Jadi dalam hal ini respons pendengar atau lawan komunikan yang menjadi
perhatian utama kita.
- Bahasa
sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan alat untuk merumuskan maksud
kita.
- Dengan
komunikasi, kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan
ketahui kepada orang lain.
- Dengan
komunikasi, kita dapat mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai
oleh nenek moyang kita dan apa yang telah dicapai oleh orang-orang sejaman
kita.
- Bahasa
adalah alat untuk berkomunikasi melalui lisan (bahsa primer) dan tulisan
(bahasa sekunder). Berkomunikasi melalui lisan (dihasilkan oleh alat ucap
manusia), yaitu dalam bentuk symbol bunyi, dimana setiap simbol bunyi
memiliki cirri khas tersendiri. Suatu simbol bisa terdengar sama di
telinga kita tapi memiliki makna yang sangat jauh berbeda. Misalnya kata
’sarang’ dalam bahasa Korea artinya cinta, sedangkan dalam bahasa
Indonesia artinya kandang atau tempat.
Kalimat Komunikasi yang baik harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut.
- Tidak menyimpang dari kaidah bahasa
- Logis atau dapat diterima nalar
- Jelas dan dapat menyampaikan maksud atau pesan dengan
tepat
Kalimat yang tidak
menyimpang dari
kaidah bahasa maksudnya adalah kalimat yang cermat baik dari segi pemilihan
kata dan bentukan kata maupun susunan kalimatnya memenuhi aturan sintaksis yang
benar. Sebaliknya, kalimat yang menyimpang dari kaidah bahasa, susunan
kalimatnya tidak sesuai dengan aturan sintaksis yang benar.
Contoh:
- Pada
jadwal di atas menunjukkan kereta eksekutif Argo Bromo berangkat pada
pukul 15.00 dari Gambir.
- Bagi
yang menitip sepeda motor harus dikunci.
- Yang
punya HP harus dimatikan.
Kalimat di atas meskipun dapat
dipahami tapi terasa janggal didengar. Pada kalimat pertama terasa ada yang
kurang secara sintaksis. Jabatan subjeknya tidak ada karena penggunaan kata
tugas “pada”. Jika kata “pada” dihilangkan, akan terasa lebih tepat. Penggunaan
kata tugas “bagi” pada kalimat kedua juga tidak pada tempatnya dan tidak perlu
sebab yang dimaksud sesungguhnya adalah sepeda motor yang dititipkan bukan
orangnya. Kalimat kedua mengandung pengertian bahwa yang dititipkan adalah
pemilik sepeda motor atau orangnya. Demikian pula pada kalimat ketiga, yang
dimatikan adalah HP bukan pemilik HP. Perbaikan kalimat di atas ialah:
- Jadwal
di atas menunjukkan kereta api eksekutif Argo Bromo berangkat pada pukul
15.00 dari Gambir .
- Sepeda
motor yang dititipkan harus dikunci.
- Yang
memiliki HP agar mematikan HP-nya.
Kalimat juga harus logis atau dapat dinalar oleh akal. Meskipun
secara gramatikal sesuai dengan kaidah namun jika tidak logis, kalimat tersebut
tak akan dapat dipahami dengan baik bila disampaikan kepada orang lain.
Contoh:
- Anak-anak
itu sedang asyik makan pohonan.
- Ini
adalah daerah bebas parkir.
- Di
sini tempat pendaftaran buta huruf.
Ketiga kalimat di atas salah nalar. Kalimat pertama jelas tidak masuk
akal. Secara akal sehat, tidak ada manusia yang memakan pohonan sebab
pengertian pohonan adalah keseluruhan pohon dari akar dan batang hingga daun.
Kata pohonan juga dapat dimaknai banyak pohon. Meskipun secara struktur
kalimatnya benar karena ada subjek, predikat, dan objek, tapi secara nalar
tidak masuk akal. Kalimat kedua dan ketiga juga tidak tepat. Pengertian bebas
parkir harusnya sama dengan bebas narkoba, bebas becak, dan bebas bea yang
artinya daerah tersebut tidak ada lagi narkoba, becak, atau pungutan. Tapi arti
bebas parkir mengapa jadi boleh parkir tanpa bayar. Kalimat ketiga maksudnya
bagi yang buta huruf agar mendaftar di tempat ini untuk mendapatkan pengajaran.
Pengertian pada kalimat di atas adalah orang mendaftarkan diri agar jadi buta
huruf.
Perbaikan kalimat-kalimat di atas,
yaitu:
- Anak-anak
itu sedang asyik mengumpulkan pohonan.
- Ini
adalah daerah boleh parkir bebas atau parkir gratis.
- Di
sini tempat pendaftaran kursus paket A bagi yang buta huruf.
Kalimat yang baik juga harus
mengandung pengertian yang jelas, tidak membingungkan serta tidak menimbulkan
penafsiran ganda atau ambigu. Tidak sedikit pula kita temui kalimat-kalimat
yang diucapkan oleh penutur bahasa mengandung pengertian ganda. Kalimat ini
selain dapat membingungkan juga menimbulkan respons atau tanggapan yang tak
sesuai karena tidak tersampaikannya pesan secara benar.
Contoh:
- Saya
melihat kelakuan anak itu bingung.
- Mereka
mengantar iring-iringan jenazah ke kuburan.
- Semua
mahasiswa fakultas yang baru agar berkumpul di ruang senat.
Ketiga kalimat di atas bermakna
ganda. Kalimat pertama mengandung dua pengertian, dapat anak yang bingung atau
saya yang bingung. Jika anak yang bingung, kata bingung harus mendapatkan
imbuhan ke—an menjadi kebingungan. Jika saya yang bingung, kata bingung harus
berada setelah kata saya. Perbaikannya ada dua varian, yaitu:
- Saya
bingung melihat kelakuan anak itu.
- Saya
melihat anak itu kebingungan.
Kalimat kedua bermakna jenazah yang
diantar banyak. Frasa iringiringan jenazah mengandung pengertian jamak. Jadi
pengertian kalimat kedua adalah mereka mengantarkan banyak jenazah ke kuburan.
Apa benar? Sebenarnya maksudnya kata iring-iringan bukan ditujukan pada
jenazah, tapi para pengiringnya sehingga makna sebenarnya adalah mereka
mengantar para pengiring jenazah ke kuburan. Dan lebih jelas lagi jika kata
mengantar dihilangkan. Perbaikannya ialah sebagai berikut:
- Mereka
mengantar jenazah ke kuburan.
- Mereka
mengiringi jenazah ke kuburan.
Kalimat ketiga dapat menimbulkan
salah pengertian karena yang dimaksud adalah mahasiswa baru atau mahasiswa
fakultas yang baru. Predikat baru ditujukan kepada mahasiswa atau pada
fakultasnya. Perbaikannya ada dua varian, yaitu:
- Semua
mahasiswa baru di fakultas itu agar berkumpul di ruang senat. atau
- Semua
mahasiswa pada fakultas yang baru itu agar berkumpul di ruang senat.
Kalimat yang
Komunikatif, tetapi tidak Cermat
Dalam proses komunikasi sering kita
temui kalimat yang ditulis atau diucapkan tidak terlalu mengindahkan tata
bahasa atau gramatikal. Artinya, kemungkinan dalam penyusunan kalimat banyak
terjadi kesalahan atau kurang cermat, namun dapat dipahami karena memang sudah
terbiasa didengar atau diucapkan. Namun, tetap saja ketidakcermatan penyusunan
kalimat tidak menjamin terjadinya komunikasi yang efektif. Oleh sebab itu, kita
harus memahami kriteria kalimat yang kurang cermat. Ketidakcermatan kalimat
dapat ditinjau dari beberapa segi berikut.
1. Ketidaklengkapan
unsur-unsurnya
Sebuah kalimat jika tidak lengkap
unsur-unsurnya apalagi unsur tersebut seharusnya ada menjadi tidak berarti. Di
dalam kalimat, terdapat minimal dua unsur, yaitu subjek dan predikat. Kalimat
yang seharusnya memiliki unsur jabatan tersebut lalu secara tersurat tak
terungkap membuat kalimat menjadi rancu.
Contoh:
- Dilengkapinya
perpustakaan dengan koleksi buku remaja menjadikan bertambahnya para pengunjung perpustakaan sekolah.
- (Kalimat
ini tidak menjelaskan siapa yang melengkapi perpustakaan. Artinya, kalimat
ini tidak menyertakan siapa pelakunya atau subjek kalimatnya.)Dengan
bersemangat Pak guru menceritakan kepada anak-anak muridnya agar mereka
dapat mengambil hikmah.
Kalimat ini tidak lengkap pada
objeknya. Hal apa yang diceritakan oleh pelaku tidak tertera atau dijelaskan.
Jika pun strukturnya dipertahankan, supaya tidak rancu, kata menceritakan yang
merupakan verba transitif diubah menjadi intransitif bercerita). Perbaikan
kalimatnya ialah:
- Dilengkapinya
perpustakaan dengan koleksi buku remaja oleh kepala sekolahmenjadikan
bertambahnya para pengunjung perpustakaan sekolah.
- Dengan
bersemangat Pak guru bercerita kepada murid-muridnya agar mereka dapat
mengambil hikmah.
2. Ketidaktepatan
penempatan unsur-unsurnya
Kalimat yang tidak tepat kedudukan
unsur-unsurnya membuat kalimat tersebut tidak dapat dipahami atau sulit
dimengerti.
Contoh:
- Petani
sebelum ada kebijakan impor gula dari pemerintah, tidak pernah mengalami
kerugian hingga puluhan juta rupiah.
- Setelah
ia dan istrinya mendapat teror terus-menerus, segera melapor kepada pihak
kepolisian.
Kedua kalimat ini terasa janggal
karena ada ketidaktepatan penempatan salah satu unsur kalimatnya. Jika
diperhatikan, kesalahan ada pada kata petani yang seharusnya diletakkan setelah
klausa keterangan sebelum ada kebijakan impor gula dari pemerintah. Begitu pula
dengan kalimat kedua, kata atau subjek ia dan istrinya seharusnya diletakkan
pada kalimat induk segera melaporkan kepada pihak kepolisian.
Perhatikanlah perbaikannya berikut
ini.
- Sebelum
ada kebijakan impor gula dari pemerintah, petani tidak pernah mengalami
kerugian hingga puluhan juta rupiah.
- Setelah
mendapat teror terus-menerus, ia dan istrinya segera melapor kepada pihak
kepolisian.
Perhatikan kembali contoh berikut:
- Selanjutnya
saya akan berikan kekurangannya setelah pekerjaan selesai.
- Jadi,
kita harus sukseskan pilkada tahun ini.
Kedua kalimat ini juga janggal.
Keterangan aspek seperti akan, belum, telah, masih, sedang, dan sebagainya
tidak boleh disisipkan pada kata kerja pasif yang berupa ikatan erat antara
subjek kata kerjanya. Perhatikan perbaikannya berikut ini:
- Selanjutnya
akan saya berikan kekurangannya setelah pekerjaan selesai.
- Jadi,
harus kita sukseskan pilkada tahun ini.
3. Penggunaan
unsur-unsur kalimat yang berlebihan
Ketidakcermatan kalimat juga dapat
dilihat dari penggunaan unsur kalimat yang berlebihan. Unsur yang berlebihan
itu dapat berupa penggunaan kata yang sama artinya atau pemakaian kata tugas
yang tidak perlu.
Contoh:
- Para
ibu-ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
- Di
dalam tubuhnya terdapat banyak virus-virus yang membahayakan.
- Remaja
harus mengetahui akan bahaya narkoba.
- Bagi
siswa yang mengisi acara pensi harap segera menghubungi panitia.
Kalimat pertama dan kedua berlebihan
dalam hal pemakaian kata para dan banyak yang menunjukkan makna jamak. Maka,
kata berikutnya tidak perlu diulang. Kalimat ketiga dan keempat tidak perlu
memakai kata tugas akan dan bagi.
Jadi, kalimat yang benar ialah:
- Para
ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
- Di
dalam tubuhnya terdapat banyak virus yang membahayakan.
- Remaja
harus mengetahui bahaya narkoba.
- Siswa
yang mengisi acara pensi harap segera menghubungi panitia.
4. Pilihan kata tidak
tepat
Ketidakefektifan atau
ketidakcermatan penyusunan kalimat juga dapat disebabkan karena pilihan kata
tidak tepat. Hal ini dapat dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari atau pengaruh
bahasa asing.
Selain itu, ketidakpahaman terhadap
arti sebuah kata menyebabkan penggunaan kata tersebut tidak tepat.
Contoh:
- Kepada
yang pernah ke gunung ini pasti akan merasakan dinginnya udara di sini.
- Kenikmatan
mie buatannya menggemparkan warga sekitarnya.
- Rumahnya
besar sendiri dibandingkan rumah-rumah tetangganya.
Kalimat pertama terdapat
ketidakcocokan antara kata pernah dan akan. Kata pernah menunjukkan sudah
dilakukan, bertentangan dengan kata akan yang baru atau belum dialami.
Seharusnya kata akan diganti dengan sudah. Kata depan kepada juga sebaiknya
dihilangkan. Kalimat kedua ketidaktepatan pada kata menggemparkan. Kata ini
berkonotasi negatif yang berarti membuat panik. Padahal kenikmatan adalah suatu
kesenangan dan dalam hal ini berkaitan dengan urusan rasa. Maka, frasa yang
tepat adalah membuat takjub. Kalimat ketiga kata besar sendiri dipengaruhi
bahasa daerah gede dewe, yang tepat adalah paling besar.
Jadi, perbaikannya :
- Mereka
yang pernah ke gunung ini pasti sudah merasakan dinginnya udara di sini.
- Kenikmatan
mie buatannya membuat takjub warga sekitarnya.
- Rumahnya
paling besar dibandingkan dengan rumah-rumah tetangganya.
Kalimat yang Cermat,
tetapi tidak Komunikatif
Kalimat yang disampaikan oleh
pembicara secara lisan atau penulis secara tertulis mungkin saja telah sesuai
dengan kaidah bahasa, namun jika penyampaiannya tidak lugas dan padat, dapat
menyulitkan komunikan untuk memahaminya. Sebuah kalimat dapat saja
penyusunannya sudah cermat tapi tidak komunikatif. Hal ini dapat terjadi karena
hal-hal berikut ini.
1. Kalimat terlalu
luas atau berbentuk kalimat majemuk kompleks.
Kalimat yang terlalu luas atau
panjang dapat mengaburkan maksud yang sebenarnya dari kalimat tersebut.
Meskipun penyusunannya tidak menyalahi kaidah gramatikal, namun karena kata yang
dipergunakan banyak dan bercabang, dapat menyebabkan pesan yang dikandungnya
jadi tidak dapat ditangkap secara utuh.
- Karena
dalam kurikulum itu bidang studi Bahasa Indonesia mendapat tempat yang
teratas berdasarkan alokasi waktu yang disediakan untuk pelajaran Bahasa
Indonesia, yaitu 8 jam pelajaran seminggu, sedangkan untuk bidang studi
yang lain berkisar dari 2 sampai dengan 6 jam seminggu, pelajaran Bahasa
Indonesia dianggap sangat penting dalam rangka mencapai pendidikan
nasional berdasarkan Pancasila, yaitu untuk meningkatkan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi
pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan.
- Bahasa
Indonesia yang oleh Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 diakui sebagai
bahasa nasional dipakai di seluruh Indonesia, di daerah-daerah yang
berbeda-beda latar belakang kebahasaan, kebudayaan, kesukuan, dan di dalam
lapisan masyarakat yang berbeda-beda pula latar belakang pendidikannya.
Dua contoh kalimat di atas merupakan
kalimat luas atau panjang karena terdapat klausa-klausa perluasan subjek dan
predikat. Uraian kalimat yang terlalu luas itu sulit dicerna jika disampaikan
secara lisan, dan juga harus dibaca lebih dari sekali untuk memahaminya dalam
bentuk tulisan. Kalimat dapat diperpendek agar lebih mudah dan cepat dipahami
dalam bentuk berikut ini.
- Dalam
kurikulum itu, bidang studi Bahasa Indonesia mendapat tempat teratas,
yaitu 8 jam pelajaran seminggu, sedangkan untuk bidang studi yang lain
berkisar 2 sampai 6 jam seminggu. Karena itu, pelajaran Bahasa Indonesia
dianggap penting dalam rangka mencapai pendidikan nasional berdasarkan
Pancasila, yaitu untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan.
- Bahasa
Indonesia yang dalam sumpah Pemuda telah diakui sebagai bahasa nasional
dipakai di seluruh Indonesia yang memiliki keragaman bahasa, budaya, suku,
dan lapisan masyarakat yang berbeda-beda latar belakang pendidikannya.
2. Kalimat yang
terperinci namun pengertiannya secara umum sudah diketahui .
Kalimat yang cenderung panjang
kemungkinan dibebani dengan penjelasan yang harus terperinci. Namun, adakalanya
kalimat dapat panjang karena menggunakan keterangan yang tidak perlu.
Keterangan tersebut secara umum sudah diketahui oleh pendengar atau pembaca.
Dengan kata lain, penjelasan tersebut dapat diganti dengan kata yang sepadan
tetapi lebih hemat.
Contoh:
- Hari
ini, Deni menggunakan baju dengan kerah pendek yang biasa orang pakai
untuk salat di masjid.
- Deni
memasukkan angin ke dalam ban sepeda agar ban itu kembali dapat
dijalankan.
Kalimat di atas terlalu panjang dan
tidak efektif. Kedua kalimat di atas dapat diganti dengan kalimat berikut.
- Hari
ini, Deni memakai baju koko.
- Deni
memompa ban sepedanya agar dapat jalan lagi.
Menggunakan Kalimat
yang Efektif dan Santun
Dalam komunikasi, bukan hanya
penyampaian kalimat yang efektif dan komunikatif yang harus diperhatikan,
tetapi juga kesantunan dalam berbahasa. Kalimat yang santun lebih ditujukan
untuk penghormatan kepada mitra bicara atau komunikan. Penyampaian kalimat
memang harus tetap efektif, cermat, dan komunikatif juga bernilai rasa bagus
dan santun.
Untuk menyampaikan kalimat yang
santun, harus dipertimbangkan pula penggunaan kosakata baku dan pilihan kata
yang sewajarnya serta tidak berkonotasi kurang baik. Dengan kalimat yang
efektif dan santun, tanggapan yang muncul dari mitra komunikasi juga akan
berkesan baik.
Perhatikanlah contoh kalimat di
bawah ini :
contoh 1
- Agar
kami dapat memberikan nilai pada pekerjaan Saudara, kami perlu data
pribadi Saudara. (a)
Bandingkan dengan:
- Agar
kami dapat mengevaluasi pekerjaan Saudara, kami membutuhkan data pribadi
Saudara.(b)
contoh 2
- Yang
kami tahu selama ini, belum ada siswa yang dikeluarkan karena kasus
narkoba.(a)
Bandingkan dengan:
- Sepengetahuan
kami, belum ada siswa yang dikeluarkan karena kasus narkoba.(b)
contoh 3
- Setelah
membaca surat Saudara tertanggal 4 Juli 2007 dengan nomor surat
122/PC-3/2007, maka kami kirimkan surat balasan...(a)
Bandingkan dengan:
- Menjawab
surat Saudara tertanggal 4 Juli 2007, Nomor 122/PC-03/2007, kami sampaikan
bahwa...(b)
contoh 4
- Untuk
menyambut tamu yang kita hormati, kami harap hadirin berdiri. (a)
Bandingkan dengan:
- Untuk
menyambut tamu kehormatan kita, kami mohon kesediaan hadirin untuk
berdiri. (b)
contoh 5
- Kami
ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kelalaian kami tersebut. (a)
Bandingkan dengan:
- Kami
menyampaikan permohonan maaf atas kelalaian kami tersebut. (b)
Kesimpulan nya kalimat b lebih terasa santun daripada kalimat a.
Fungsi komunikasi pada
bahasa asing .
contoh masyarakat Indonesia lebih
sering menempel ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk
“berhenti”, “Exit” untuk “keluar”, "Open House" untuk penerimaan tamu di rumah
pada saat lebaran. Jadi bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya dengan satu
bahasa melainkan banyak bahasa.
Contohnya :
- Alat-alat
yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa sebagai berikut:
- Gerak
badaniah
- Alat
bunyi-bunyian
- Kentongan
- Lukisan
- Gambar
- dsb.
Contohnya :
- bunyi
tong-tong memberi tanda bahaya
- adanya
asap menunjukkan bahaya kebakaran
- alarm
untuk tanda segera berkumpul
- bedug
untuk tanda segera melakukan sholat
- telepon
genggam untuk memanggil orang pada jarak jauh
- simbol
– tanda stop untuk pengguna jalan, simbol laki-laki dan perempuan bagi
pengguna toilet.
- gambar
peta yang menunjukkan jalan
- suasana
gemuruh kentongan dipukul tanda ketika ada bahaya
- adanya
asap tampak dari kejauhan pertanda kebakaran
- bunyi
alarm (suasana tanda bahaya gempa bumi/bencana alam) dsb.
Contoh dalam kehidupan
sehari hari
misalkan seorang satpam perumahan
berjaga-jaga/ronda pada malam hari, pada saat sudah mendekati jam 12.00 malam
satpam tersebut membunyikan kentongan yang bertanda bahwa waktu sudah tepat
pukul 12.00 malam. Dan timbul timbal balik antara satpam sama orang-orang
disekitar perumahan.setiap orang jadi lebih mengerti tanda waktu pergantian
tersebut Jadi, bahasa yang dipakai satpam tersebut berupa kentongan yang
memberikan pertanda sesuatu akan terjadi/ sesuatu yang sudah mestinya
dilakukan.
Kesimpulan dari
tulisan saya ini .
Bahasa sebagai alat ekspresi diri
dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas
diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita
atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat
kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri
sendiri. Sejak kecil, tanpa kita sadari, kita sudah mempelajari bahasa secara
sendiri, tanpa ada yang mengajari. Kita bisa belajar sedikit demi sedikit dari
apa yang kita lihat & dengar di lingkungan kita. Setiap bahasa yang
dituliskan ataupun yang dilafalkan pasti memiliki makna. Melalui bahasa kita
dapat menuangkan ide atau gagasan yang kita pikirkan.Bahasa merupakan dasar
segala kegiatan yang kita lakukan. Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta
pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi
yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi,
tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar
dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya. Dan
gunakanlah sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. pada situasi formal
penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Kriteria
penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahas yang sesuai
dengan kebutuhan komunikasi . pemelihan itu berikatan dengan topik yang di
bicarakan , tujuan pembicaraan, orang yang di ajak berbicara ( kalau lisan )
atau pembaca (jika tulis) , dan tempat pembicaraan. selain itu, bahasa yang
baik itu bernalar , dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai
dengan tata nilai masyarakat kita .
"Semoga bermanfaat untuk teman - teman, Terima kasih".
Sumber : http://denyseto.blogspot.com/2013/10/penggunaan-bahasa-indonesia-yang-baik_24.html.