Pada zaman yang modern ini Barcode menjadi sesuatu yang tak asing bagi kita. Pada majalah, makanan, mainan , sehingga pin BBM pun memiliki barcode.
Barcode pertama kali diperkenalkan oleh dua orang mahasiswa Drexel
Institute of Technology Bernard Silver dan Norman Joseph Woodland di
tahun 1948. Mereka mempatenkan inovasi tersebut pada tahun 1949 dan
permohonan tersebut dikabulkan pada tahun 1952. Tapi baru pada tahun
1996, penemuan mereka digunakan dalam dunia komersial. Pada kenyataannya
penggunaannya tidak begitu sukses hingga pasca 1980an.
Barcode memiliki jenis - jenisanya :
1. Barcode satu dimensi (linear barcodes)
Dari banyak jenis
barcode yang berbeda-beda, hanya 6 yang umum digunakan antara lain: EAN,
UPC, Interleaved 2 of 5 (ITF), Code 39, Codabar, dan Code 128.
EAN
EAN
adalah singkatan dari European Article Number. Ada dua tipe utama
barcode EAN: EAN 13 yang menampilkan angka tiga belas digit dan EAN 8
yang mengkodekan delapan digit. Dalam system ini digunakan kata digit
dan bukan karakter. Tidak ada karakter Alphabet yang diperkenankan dalam
kode ini.
EAN-13
Kode EAN-13 membagi kelompok dalam empat
bagian, tiga angka untuk kelompok pertama, 4 angka untuk kelompok
kedua, dan 5 angka untuk kelompok ketiga serta satu angka untuk kelompok
keempat.
Tiga digit pertama mewakili Negara dimana barcode
dikeluarkan, masing-masing Negara berbeda angka (nomor kodenya). Nomor
899 diberikan untuk Indonesia. Tidak ada Negara lain di dunia yang akan
memakai angka 899 kecuali Indonesia, angka ini biasanya dikenal sebagai
FLAG sehingga tidak mungkin ada nomor yang dikeluarkan di dua Negara
terpisah dengan nomor yang sama. Hal ini diatur oleh EAN International.
Keempat digit kode berikutnya adalah untuk perusahaan pengguna
(manufactur number). Jika perusahaan disebut “ABC” diterbitkan dengan
nomor perusahaan “5522”, semua hal yang ditandainya harus mempunyai
barcode yang dimulai dengan tujuh angka “8995522”. Karena tidak ada
perusahaan Indonesia lainnya yang akan diterbitkan dengan nomor “5522”,
maka hal ini tidak akan ada angka duplikasi. Susunan lima digit
berikutnya mewakili kode produk dan dialokasikan oleh perusahaan untuk
produk-produk unik. Perusahaan harus secara mutlak memastikan bahwa
mereka tidak pernah menerbitkan nomor yang sama dua kali. Jika produk
diganti dengan cara apapun juga, sekecil apapun jumlahnya (sekalipun
sedikit mengganti kemasan dengan menambahkan kata ekstra “NEW FORMULA”),
nomor lima digit barus harus dialokasikan.
Dalam rencana produk
pertama “ABC”, dengan nomor barcode “00001”, maka akan mempunyai nomor
barcode “899552200001”. Untuk melengkapi kode EAN 13 (13 digit), sebuah
CHECK DIGIT tercantum pada angka terakhir sesudah 12 digit terpasang.
Check digit disusun secara aritmatik dari dua belas digit pertama.
Sebuah perangkat lunak desain (barcode) secara otomatis akan dapat
menghasilkan (menghitung) check digit ini. Check digit digunakan oleh
barcode reader (alat baca barcode) untuk memastikan agar dibaca secara
akurat. Reader (alat baca) barcode akan membaca keseluruh tiga belas
digit dari kanan ke kiri (sebaliknya), menyusun dari keduabelas pertama
angka berapa yang seharusnya menjadi digit ketigabelas dan jika hitungan
ini benar, maka reader akan menganggap bahwa keseluruhan kode telah
dibaca dengan benar.
EAN-8
Barcode EAN 8 dibuat dengan
cara serupa dengan EAN 13. Ketiga digit pertama merupakan Flag, yang
diikuti oleh empat digit Pengenal Singkat (Short Identifier) berikutnya.
Pengenal ini terdiri dari dua digit nomor perusahaan dan dua angka
lainnya untuk produk yang unik. Digit terakhir juga merupakan check
digit.
UPC (Universal Product Code)
UPC diciptakan oleh
Amerika Serikat yang mewakili Kode Produk Universal (Universal Product
Code) dan setara dengan European Article Number, EAN. Kode-kode UPC
mudah dilihat mata yang tak terlatih yang hamper tepat sama dengan
kode-kode EAN, tetapi hanya akan mengkodekan dua belas digit (UPC-A) dan
delapan digit (UPC-E)
INTERLEAVED 2 OF 5
Tipe barcode
lainnya adalah yang dikenal dengan nama Interleaved 2 of 5 atau ITF,
seperti EAN, maka kode ini merupakan simbologi yang hanya terdiri dari
angka-angka tetapi panjangnya dapat berubah-ubah. Satu-satunya factor
pembatas untuk panjang kode ITF adalah kemampuan alat baca yang akan
digunakan untuk membaca kode tersebut dan juga bahwa ITF harus memiliki
jumlah digit genap. ITF digunakan untuk aplikasi industri dimana kode
angka saja sudah mencukupi dan juga digunakan dalam lingkungan penjualan
eceran untuk menandai BUNGKUS LUAR. ITF juga digunakan oleh pedagang
eceran perhiasan, sepatu, garmen/pakaian dll, karena karakter panjangnya
yang dapat diubah-ubah.
CODE 39
Code 39 yang juga dikenal
sebagai code 3 of 9, merupakan kode pertama berupa Alpha Numeric (huruf
dan angka). Kode tersebut dapat membaca seluruh huruf besar abjad dan
karakter angka serta karakter tambahan seperti -$ / + % * dan spasi.
Huruf kecil tidak dapat dikodekan. Code 39 juga dimulai dan diakhiri
dengan tanda bintang (*) yang dikenal sebagai kartakter start/stop dan
hanya boleh digunakan pada awal dan akhir kode.
CODABAR
Barcode
lain yang umumnya digunakan adalah simbologi CODABAR, seperti Code 39
tetapi hanya angka-angka dan $ - / + saja yang dapat dikodekan. Karakter
alpha tidak dapat dikodekan. Codabar juga menggunakan karakter
start/stop, yaitu A, B, C dan D dan dapat digunakan sembarang kombinasi:
satu untuk memulai kode dan satu untuk mengakhirinya. Dewasa ini
simbologi ini sudah jarang digunakan.
CODE 128
Code 128
merupakan symbol barcode yang namanya mendefinisikan kemampuannya untuk
mengkodekan seluruh karakter ASCII 128. Simbol ini juga terkenal karena
kemampuannya mengkodekan karakter-karakter tersebut dengan menggunakan
unsure kode per-karakter yang lebih sedikit sehingga menghasilkan kode
yang lebih padat. Kode ini memiliki ciri khusus berupa karakter start
dan stop yang unik untuk pengkodean dua arah dan panjangnya dapat
diubah-ubah, baik paritas karakter bar maupun spasinya dan sebuah cek
character untuk integritas symbol.
2. Barcode dua dimensi
Adalah
barcode yang dikembangkan lebih dari sepuluh tahun lalu, tetapi baru
sekarang ini mulai semakin populer. Barcode dua dimensi ini memiliki
beberapa keuntungan dibandingkan linear bar codes (barcode satu dimensi)
yaitu, dengan menggunakan barcode dua dimensi, informasi atau data yang
besar dapat disimpan di dalam suatu ruang (space) yang lebih kecil.
Contoh barcode dua dimensi adalah “symbology PDF417” yang dapat
menyimpan lebih dari 2000 karakter di dalam sebuah ruang (space) yang
berukuran 4 inch persegi (in2).
Cara kerja barcode
Barcode
merupakan instrumen yang bekerja berdasarkan asas kerja digital. Pada
konsep digital, hanya ada 2 sinyal data yang dikenal dan bersifat
boolean, yaitu 0 atau 1. Ada arus listrik atau tidak ada (dengan besaran
tegangan tertentu, misalnya 5 volt dan 0 volt). Barcode menerapkannya
pada batang-batang baris yang terdiri dari warna hitam dan putih. Warna
hitam mewakili bilangan 0 dan warna putih mewakili bilangan 1. Mengapa
demikian? Karena warna hitam akan menyerap cahaya yang dipancarkan oleh
alat pembaca barcode, sedangkan warna putih akan memantulkan balik
cahaya tersebut. Selanjutnya, masing-masing batang pada barcode memiliki
ketebalan yang berbeda. Ketebalan inilah yang akan diterjemahkan pada
suatu nilai. Demikian, karena ketebalan batang barcode menentukan waktu
lintasan bagi titik sinar pembaca yang dipancarkan oleh alat pembaca.
Dan sebab itu, batang-batang barcode harus dibuat demikian sehingga
memiliki kontras yang tinggi terhadap bagian celah antara (yang
menentukan cahaya). Sisi-sisi batang barcode harus tegas dan lurus,
serta tidak ada lubang atau noda titik ditengah permukaannya. Sementara
itu, ukuran titik sinar pembaca juga tidak boleh melebihi celah antara
batang barcode. Saat ini, ukuran titik sinar yang umum digunakan adalah 4
kali titik yang dihasilkan printer pada resolusi 300dpi. Saat ini
terdapat beberapa jenis instrumen pembaca barcode, yaitu: pena, laser,
serta kamera. Pembaca berbentuk pena memiliki pemancar cahaya dan dioda
foto yang diletakkan bersebelahan pada ujung pena. Pena disentuhkan dan
digerakkan melintasi deretan batang barcode. Dioda foto akan menerima
intensitas cahaya yang dipantulkan dan mengubahnya menjadi sinyal
listrik, lalu diterjemahkan dengan sistem yang mirip dengan morse.
Pembaca dengan pemancar sinar laser tidak perlu digesekkan pada
permukaan barcode, tapi dapat dilakukan dari jarak yang relatif lebih
jauh. Selain itu, pembaca jenis ini memiliki cermin-cermin pemantul
sehingga sudut pembacaan lebih fleksible. Pembaca barcode dengan sistem
kamera menggunaka sensor CCD (charge coupled device) untuk merekam foto
barcode, baru kemudian membaca dan menterjemahkannya kedalam sinyal
elektronik digital. Bagaimana koneksi alat pembaca barcode dengan
komputer? Ada 2 macam koneksi, yaitu sistem keyboard wedge dan sistem
outpu RS232. Sistem ini menterjemahkan hasil pembacaan barcode sebagai
masukan (input) dari keyboard. Biasanya menggunakan port serial pada
komputer. Kita memerlukan software pengantara, umumnya disebut software
wedge yang akan mengalamatkan bacaan dari barcode ke software pengolah
data barcode tersebut.
Membaca barcode
Barcode UPC yang
terdiri dari 13 angka yang tersusun dari tiga angka pertama merupakan
kode negara, empat angka berikutnya merupakan kode manufaktur produk
tersebut diproduksi, lima angka berikutnya merupakan kode produk yang
akan dipublish, 1 angka terakhir merupakan check digit. Check digit ini
merupakan suatu “ old-programmer’s trick” untuk mengvalidasikan
digit-digit lainnya (number system character, manufacturer code, product
code) yang dibaca secara teliti.
Manfaat
Ada banyak manfaat dari barcode ini antara lain:
Pengumpulan
Data yang cepat dan dapat diandalkan. Pemasukan data lebih cepat
terlaksana; 10,000 kali lebih akurat. Mengurangi Biaya: Biaya tenaga
kerja; Mengurangi kerugian pendapatan akibat kesalahan pengumpulan data
lapangan. Memudahkan dalam mengatur level persediaan. Meningkatkan kerja
manajemen. Pengambilan keputusan lebih baik; Akses cepat kepada
informasi yang dibutuhkan.
sumber :
http://www.handalsoftware.com/component/content/article
Tidak ada komentar:
Posting Komentar