Kamis, 09 Oktober 2014

TUGAS BAHASA INDONESIA 1

"Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar"


Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan bicara. Karenanya, laras bahasa yang dipilih pun harus sesuai .
Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.
  1. Ragam beku (frozen) digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
  2. Ragam resmi (formal) digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
  3. Ragam konsultatif (consultative) digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
  4. Ragam santai (casual) digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
  5. Ragam akrab (intimate) digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Ciri-ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut.
  1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
  2. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
  3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
  4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
  5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud aslinya. Dari semua ciri bahasa baku tersebut, sebenarnya hanya nomor 2 (kata baku) dan nomor 4 (lafal baku) yang paling sulit dilakukan pada semua ragam. Tata bahasa normatif, ejaan resmi, dan kalimat efektif dapat diterapkan (dengan penyesuaian) mulai dari ragam akrab hingga ragam beku. Penggunaan kata baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, santai, dan akrab malah akan menyebabkan bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi.Jika saya perhatikan, semakin tidak benar bahasa saya sewaktu menulis atau berbicara, berarti semakin akrab hubungan saya dengan lawan bicara saya.Maaf, Mas Amal, saya belum bisa memenuhi imbauan untuk menggunakan bahasa yang benar di seluruh kicauan saya.Tapi saya usahakan untuk menggunakan bahasa yang baik.

Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat di artikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul.Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Bahasa  yang di ucapkan harus baku. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai  beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaianya sesuai dengan situasi dan kondisi . Pada kondisi tertentu ,yaitu pada situasi formal pengguanaan bahasa Indonesia yang benar menjadi pioritas uutama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku .Kendala yang harus di hindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi ,campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Misalnya dalam pertanyaan sehari-sehari dengan menggunakan bahasa yang baku, 
Contoh ketika dalam dialog antara seorang dosen dengan seorang mahasiswa .

  • Pak Dosen : Deni apakah kamu sudah mengerjakan Tugas Bahasa Indonesia ?
  • Deni : sudah saya kerjakan dan sudah saya kirim ke email pak.
  • Pak Dosen : Baiklah kalau begitu , akan segera saya cek .
  • Deni : terima kasih pak

Contoh lain terdapat pada undang-undang dasar antara lain :
Undang - undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dari beberapa kalimat dalam undang-undang tersebut menunjukan bahasa yang sangat baku,dan merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.
Contoh lain dalam hal tawar - menawar di pasar , misalnya pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan . Akan sangat ganjil bila dalam tawar-menawar dengan tukang sayur atau tukang becak kita memakai bahasa Indonesia yang baku seperti ini.

  1. Berapakah ibu mau menjual 1Kg wortel ini?
  2. Apakah Nang becak bersedia mengantar saya kepasar Cileungsi dan berapa ongkosnya?  

Contoh diatas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu untuk situasi seperti diatas kalimat (3) dan (4) berikut akan lebih tepat.
  1. Berapa nih bu,wortelnya 1Kg ?
  2. Kepasar Cileungsi , Berapa bang ?
Perbedaan dari bahasa Indonesia yang benar dengan bahasa gaul
Bahasa Indonesia
Bahasa Gaul (informal)
Aku, Saya
Gue
Kamu
Elo
Di masa depan
kapan-kapan
Apakah benar?
Emangnya bener?
Tidak
Gak
Tidak Peduli
Emang gue pikirin

Dari contoh diatas perbedaan antar bahasa yang baku dan non baku dapat terlihat dari pengucapan dan tata cara penulisannya. Bahasa Indonesia baik dan benar merupakan bahasa yang mudah dipahami, bentuk bahasa baku yang sah agar secara luas masyarakat Indonesia berkomunikasi menggunakan bahasa nasional.
Contoh “kami , putra dan putri Indonesia bahasa persatuan, bahasa Indonesia, demikianlah bunyi alenia ketiga sumpah pemuda yang telah dirumuskan oleh para pemuda yang kemudian menjadi pendiri bangsa dan Negara Indonesia. Bunyi alinea ketiga dalam ikrar sumpah pemuda itu jelas bahwa yang menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Kita sebagai bagian bangsa Indonesia sudah selayaknya menjunjung tinggi bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-sehari.
Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa dan kaidah itu sendiri meliputi 6 aspek .
  1. Tata Bunyi (Fonologi)
  2. Tata bahasa (Kata dan Kalimat)
  3. Kosakata
  4. Ejaan
  5. Makna
  6. kelogisan.

Pada aspek tata bunyi kita mungkin sudah mengenal bunyi |f|,|v| dan |z|
Contoh Kata – kata yang benar adalah fajar, fakir (miskin), motif, aktif, variable, vitamin, devaluasi, zakat, zebra dan izin . dan bukan pajar, pakir (miskin), motip, aktip, pariable, pitamin, depaluasi, jakat, jebra dan ijin .
Pada aspek pelafalan termasuk juga aspek tata bunyi
Contoh pelafan yang benar adalah kompleks, korps, transmigrasi, ekspor bukan komplek, korp, tranmigrasi dan ekspot .
Pada aspek tata bahasa
Contoh bentuk tata bahasa yang benar adalah ubah, mencari, terdesak, mengebut, tegakan dan pertanggung jawaban . bukan obah/robah/rubah, nyari, kedesak, ngebut, tegakan dan pertangungan jawab .
Dalam segi kalimat dalam kalimat mandiri , pada kalimat mandiri harus mempunyai subjek, predikat dan objek/keterangan .
contoh kalimat : pada tabel di atas memperlihatkan bahwa wanita lebih banyak daripada pria .
jika kata “pada” di tiadakan, kata tabel di atas menjadi subjek atau kata “memperlihatkan” diubah “terlihat” agar kata bahwa dan seterusnya menjadi subjek .  dengan demikian kata itu menjadi benar.
Pada aspek kosakata  kata – kata seperti bilang, kasih, entar dan udah . lebih baik diubah dengan berkata/mengatakan, memberi, sebentar dan sudah . agar menjadi bahasa indonesia yang benar . dalam hubungannya dengan peristilahan, istilah dampak (impact), Bandar udara , keluaran (output) dan pajak tanah (land tax) sebagai istilah yang benar daripada istilah pengaruh, pelabuhan udara, hasil  dan pajak bumi .dalam segi ejaan , penulisan yang benar adalah analisis, hakikat, objek, jadwal, kualitas dan hiraki . Dalam segi makna ,  penggunaan bahasa yang benar berikatan dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan makna . seperti dalam bahasa ilmu tidak tepat jika digunakan kata yang bermakna konotatif (kiasan) . jadi penggunaan bahasa yang benar harus sesuai dengan kaidah bahasa . Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahas yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi . pemelihan itu berikatan dengan topik yang di bicarakan , tujuan pembicaraan, orang yang di ajak berbicara ( kalau lisan ) atau pembaca (jika tulis) , dan tempat pembicaraan . selain itu, bahasa yang baik itu bernalar , dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita . 
Contoh kalimat dibawah ini tidak sesuai dengan tata nilai masyarakat Indonesia karena tidak cocok dengan logika penutur bahasa Indonesia
“ Gadis itu jalan -  jalan di sungai ” .

Bagi orang afrika yang mengenal musim panas berkepanjangan ( sungai kering ) atau eropa yang menganal musim dingin ( air sungai membeku ) kalimat tersebut dapat di terima . tampaknya , masalah logika berkaitan dengan iklim ( alam), tradisi dan pengalaman penutur bahasa . jadi  , kalimat tersebut tidak baik bagi penutur bahasa Indonesia walaupun benar sesuia dengan kaidah bahasa Indonesia .

Bahasa sebagai alat komunikasi 
Dari kata komunikasi itu sendiri dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari pembicara kepada pendengar melalui sarana bahasa secara lisan dan tulisan. Komunikator atau pembicara menyampaikan informasi lewat kalimat-kalimat yang dianggap dapat menjelaskan maksud yang ingin diungkapkan. Kalimat-kalimat tersebut harus dapat dipahami oleh pendengar agar nantinya mendapatkan respons berupa jawaban atau tanggapan yang sesuai. Untuk mencapai komunikasi yang baik dan lancar, kalimat yang disampaikan harus efektif dan komunikatif.
Bahasa Indonesia menjadi alat komunikasi untuk dapat berinteraksi antara yang satu dengan yang lain sehingga pesan yang hendak kita sampaikan dapat dimengerti. Komunikasi merupakan akibat dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi orang tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan apa semua yang dirasakan, pikiran, dan yang diketahuinya kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan penyampaian sesuatu manusi melahirkan perasaanya dan memungkinkannya menciptakan kerja sama dengan sesame warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan,  mengarahkan masa depan. Dalam pengalaman sehari-hari, sejak kanak-kanak hingga seorang meningkat dewasa, bahasa perseorangan mengalami perkembangan, sejalan dengan bertambahnya kenyataan-kenyataan atau pengalaman-pengalaman seseorang. Bila seseorang membandingkan bahasa suatu sistem keseluruhan dengan wujud dan fungsi bahasa yang bertahap-tahap dalam kehidupan individual, yaitu wujud dan fungsi yang terbatas pada masa kanak-kanak, serta wujud dan fungsi bahasa yang jauh lebih luas pada waktu seseorang telah dewasa, maka dapat dibayangkan betapa wujud dan fungsi bahasa itu mengalami perkembangan dari jaman ke jaman sesuai dengan perkembangan intelektual manusia dan kekayaan cipta karya manusia sebagai hasil dari kemajuan intelektual itu sendiri.
Tujuan Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi
Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki tujuan tertentu yaitu agar kita dipahami oleh orang lain. Jadi dalam hal ini respons pendengar atau lawan komunikan yang menjadi perhatian utama kita.
  • Bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan alat untuk merumuskan maksud kita.
  • Dengan komunikasi, kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan ketahui  kepada orang lain.
  • Dengan komunikasi, kita dapat mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita dan apa yang telah dicapai oleh orang-orang sejaman kita.
  • Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi melalui lisan (bahsa primer) dan tulisan (bahasa sekunder). Berkomunikasi melalui lisan (dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam bentuk symbol bunyi, dimana setiap simbol bunyi memiliki cirri khas tersendiri. Suatu simbol bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki makna yang sangat jauh berbeda. Misalnya kata ’sarang’ dalam bahasa Korea artinya cinta, sedangkan dalam bahasa Indonesia artinya kandang atau tempat.
Kalimat Komunikasi yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
  1. Tidak menyimpang dari kaidah bahasa
  2. Logis atau dapat diterima nalar
  3. Jelas dan dapat menyampaikan maksud atau pesan dengan tepat 
 
Kalimat yang tidak menyimpang dari kaidah bahasa maksudnya adalah kalimat yang cermat baik dari segi pemilihan kata dan bentukan kata maupun susunan kalimatnya memenuhi aturan sintaksis yang benar. Sebaliknya, kalimat yang menyimpang dari kaidah bahasa, susunan kalimatnya tidak sesuai dengan aturan sintaksis yang benar.
Contoh:
  1. Pada jadwal di atas menunjukkan kereta eksekutif Argo Bromo berangkat pada pukul 15.00 dari Gambir.
  2. Bagi yang menitip sepeda motor harus dikunci.
  3. Yang punya HP harus dimatikan. 
Kalimat di atas meskipun dapat dipahami tapi terasa janggal didengar. Pada kalimat pertama terasa ada yang kurang secara sintaksis. Jabatan subjeknya tidak ada karena penggunaan kata tugas “pada”. Jika kata “pada” dihilangkan, akan terasa lebih tepat. Penggunaan kata tugas “bagi” pada kalimat kedua juga tidak pada tempatnya dan tidak perlu sebab yang dimaksud sesungguhnya adalah sepeda motor yang dititipkan bukan orangnya. Kalimat kedua mengandung pengertian bahwa yang dititipkan adalah pemilik sepeda motor atau orangnya. Demikian pula pada kalimat ketiga, yang dimatikan adalah HP bukan pemilik HP. Perbaikan kalimat di atas ialah:
  1. Jadwal di atas menunjukkan kereta api eksekutif Argo Bromo berangkat pada pukul 15.00 dari Gambir .
  2. Sepeda motor yang dititipkan harus dikunci.
  3. Yang memiliki HP agar mematikan HP-nya.

Kalimat juga harus logis atau dapat dinalar oleh akal. Meskipun secara gramatikal sesuai dengan kaidah namun jika tidak logis, kalimat tersebut tak akan dapat dipahami dengan baik bila disampaikan kepada orang lain.

Contoh:

  1. Anak-anak itu sedang asyik makan pohonan.
  2. Ini adalah daerah bebas parkir.
  3. Di sini tempat pendaftaran buta huruf.
Ketiga kalimat di atas salah nalar. Kalimat pertama jelas tidak masuk akal. Secara akal sehat, tidak ada manusia yang memakan pohonan sebab pengertian pohonan adalah keseluruhan pohon dari akar dan batang hingga daun. Kata pohonan juga dapat dimaknai banyak pohon. Meskipun secara struktur kalimatnya benar karena ada subjek, predikat, dan objek, tapi secara nalar tidak masuk akal. Kalimat kedua dan ketiga juga tidak tepat. Pengertian bebas parkir harusnya sama dengan bebas narkoba, bebas becak, dan bebas bea yang artinya daerah tersebut tidak ada lagi narkoba, becak, atau pungutan. Tapi arti bebas parkir mengapa jadi boleh parkir tanpa bayar. Kalimat ketiga maksudnya bagi yang buta huruf agar mendaftar di tempat ini untuk mendapatkan pengajaran. Pengertian pada kalimat di atas adalah orang mendaftarkan diri agar jadi buta huruf.

Perbaikan kalimat-kalimat di atas, yaitu:
  1. Anak-anak itu sedang asyik mengumpulkan pohonan.
  2. Ini adalah daerah boleh parkir bebas atau parkir gratis.
  3. Di sini tempat pendaftaran kursus paket A bagi yang buta huruf.
Kalimat yang baik juga harus mengandung pengertian yang jelas, tidak membingungkan serta tidak menimbulkan penafsiran ganda atau ambigu. Tidak sedikit pula kita temui kalimat-kalimat yang diucapkan oleh penutur bahasa mengandung pengertian ganda. Kalimat ini selain dapat membingungkan juga menimbulkan respons atau tanggapan yang tak sesuai karena tidak tersampaikannya pesan secara benar.
Contoh:
  1. Saya melihat kelakuan anak itu bingung.
  2. Mereka mengantar iring-iringan jenazah ke kuburan.
  3. Semua mahasiswa fakultas yang baru agar berkumpul di ruang senat.
Ketiga kalimat di atas bermakna ganda. Kalimat pertama mengandung dua pengertian, dapat anak yang bingung atau saya yang bingung. Jika anak yang bingung, kata bingung harus mendapatkan imbuhan ke—an menjadi kebingungan. Jika saya yang bingung, kata bingung harus berada setelah kata saya. Perbaikannya ada dua varian, yaitu:
  1. Saya bingung melihat kelakuan anak itu.
  2. Saya melihat anak itu kebingungan.  
Kalimat kedua bermakna jenazah yang diantar banyak. Frasa iringiringan jenazah mengandung pengertian jamak. Jadi pengertian kalimat kedua adalah mereka mengantarkan banyak jenazah ke kuburan. Apa benar? Sebenarnya maksudnya kata iring-iringan bukan ditujukan pada jenazah, tapi para pengiringnya sehingga makna sebenarnya adalah mereka mengantar para pengiring jenazah ke kuburan. Dan lebih jelas lagi jika kata mengantar dihilangkan. Perbaikannya ialah sebagai berikut:

  1. Mereka mengantar jenazah ke kuburan.
  2. Mereka mengiringi jenazah ke kuburan.

Kalimat ketiga dapat menimbulkan salah pengertian karena yang dimaksud adalah mahasiswa baru atau mahasiswa fakultas yang baru. Predikat baru ditujukan kepada mahasiswa atau pada fakultasnya. Perbaikannya ada dua varian, yaitu:
  1. Semua mahasiswa baru di fakultas itu agar berkumpul di ruang senat. atau
  2. Semua mahasiswa pada fakultas yang baru itu agar berkumpul di ruang senat. 
 
Kalimat yang Komunikatif, tetapi tidak Cermat
Dalam proses komunikasi sering kita temui kalimat yang ditulis atau diucapkan tidak terlalu mengindahkan tata bahasa atau gramatikal. Artinya, kemungkinan dalam penyusunan kalimat banyak terjadi kesalahan atau kurang cermat, namun dapat dipahami karena memang sudah terbiasa didengar atau diucapkan. Namun, tetap saja ketidakcermatan penyusunan kalimat tidak menjamin terjadinya komunikasi yang efektif. Oleh sebab itu, kita harus memahami kriteria kalimat yang kurang cermat. Ketidakcermatan kalimat dapat ditinjau dari beberapa segi berikut.
1. Ketidaklengkapan unsur-unsurnya
Sebuah kalimat jika tidak lengkap unsur-unsurnya apalagi unsur tersebut seharusnya ada menjadi tidak berarti. Di dalam kalimat, terdapat minimal dua unsur, yaitu subjek dan predikat. Kalimat yang seharusnya memiliki unsur jabatan tersebut lalu secara tersurat tak terungkap membuat kalimat menjadi rancu.
Contoh:
  • Dilengkapinya perpustakaan dengan koleksi buku remaja menjadikan bertambahnya para pengunjung perpustakaan sekolah.
  • (Kalimat ini tidak menjelaskan siapa yang melengkapi perpustakaan. Artinya, kalimat ini tidak menyertakan siapa pelakunya atau subjek kalimatnya.)Dengan bersemangat Pak guru menceritakan kepada anak-anak muridnya agar mereka dapat mengambil hikmah.
Kalimat ini tidak lengkap pada objeknya. Hal apa yang diceritakan oleh pelaku tidak tertera atau dijelaskan. Jika pun strukturnya dipertahankan, supaya tidak rancu, kata menceritakan yang merupakan verba transitif diubah menjadi intransitif bercerita). Perbaikan kalimatnya ialah:
  • Dilengkapinya perpustakaan dengan koleksi buku remaja oleh kepala sekolahmenjadikan bertambahnya para pengunjung perpustakaan sekolah.
  • Dengan bersemangat Pak guru bercerita kepada murid-muridnya agar mereka dapat mengambil hikmah.
2. Ketidaktepatan penempatan unsur-unsurnya
Kalimat yang tidak tepat kedudukan unsur-unsurnya membuat kalimat tersebut tidak dapat dipahami atau sulit dimengerti.
Contoh:
  • Petani sebelum ada kebijakan impor gula dari pemerintah, tidak pernah mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
  • Setelah ia dan istrinya mendapat teror terus-menerus, segera melapor kepada pihak kepolisian.
Kedua kalimat ini terasa janggal karena ada ketidaktepatan penempatan salah satu unsur kalimatnya. Jika diperhatikan, kesalahan ada pada kata petani yang seharusnya diletakkan setelah klausa keterangan sebelum ada kebijakan impor gula dari pemerintah. Begitu pula dengan kalimat kedua, kata atau subjek ia dan istrinya seharusnya diletakkan pada kalimat induk segera melaporkan kepada pihak kepolisian.
Perhatikanlah perbaikannya berikut ini.
  • Sebelum ada kebijakan impor gula dari pemerintah, petani tidak pernah mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
  • Setelah mendapat teror terus-menerus, ia dan istrinya segera melapor kepada pihak kepolisian.
Perhatikan kembali contoh berikut:
  • Selanjutnya saya akan berikan kekurangannya setelah pekerjaan selesai.
  • Jadi, kita harus sukseskan pilkada tahun ini.
Kedua kalimat ini juga janggal. Keterangan aspek seperti akan, belum, telah, masih, sedang, dan sebagainya tidak boleh disisipkan pada kata kerja pasif yang berupa ikatan erat antara subjek kata kerjanya. Perhatikan perbaikannya berikut ini:
  • Selanjutnya akan saya berikan kekurangannya setelah pekerjaan selesai.
  • Jadi, harus kita sukseskan pilkada tahun ini.
3. Penggunaan unsur-unsur kalimat yang berlebihan
Ketidakcermatan kalimat juga dapat dilihat dari penggunaan unsur kalimat yang berlebihan. Unsur yang berlebihan itu dapat berupa penggunaan kata yang sama artinya atau pemakaian kata tugas yang tidak perlu.
Contoh:
  • Para ibu-ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
  • Di dalam tubuhnya terdapat banyak virus-virus yang membahayakan.
  • Remaja harus mengetahui akan bahaya narkoba.
  • Bagi siswa yang mengisi acara pensi harap segera menghubungi panitia.
Kalimat pertama dan kedua berlebihan dalam hal pemakaian kata para dan banyak yang menunjukkan makna jamak. Maka, kata berikutnya tidak perlu diulang. Kalimat ketiga dan keempat tidak perlu memakai kata tugas akan dan bagi.
Jadi, kalimat yang benar ialah:
  • Para ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
  • Di dalam tubuhnya terdapat banyak virus yang membahayakan.
  • Remaja harus mengetahui bahaya narkoba.
  • Siswa yang mengisi acara pensi harap segera menghubungi panitia.
4. Pilihan kata tidak tepat
Ketidakefektifan atau ketidakcermatan penyusunan kalimat juga dapat disebabkan karena pilihan kata tidak tepat. Hal ini dapat dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari atau pengaruh bahasa asing.
Selain itu, ketidakpahaman terhadap arti sebuah kata menyebabkan penggunaan kata tersebut tidak tepat.
Contoh:
  • Kepada yang pernah ke gunung ini pasti akan merasakan dinginnya udara di sini.
  • Kenikmatan mie buatannya menggemparkan warga sekitarnya.
  • Rumahnya besar sendiri dibandingkan rumah-rumah tetangganya.
Kalimat pertama terdapat ketidakcocokan antara kata pernah dan akan. Kata pernah menunjukkan sudah dilakukan, bertentangan dengan kata akan yang baru atau belum dialami. Seharusnya kata akan diganti dengan sudah. Kata depan kepada juga sebaiknya dihilangkan. Kalimat kedua ketidaktepatan pada kata menggemparkan. Kata ini berkonotasi negatif yang berarti membuat panik. Padahal kenikmatan adalah suatu kesenangan dan dalam hal ini berkaitan dengan urusan rasa. Maka, frasa yang tepat adalah membuat takjub. Kalimat ketiga kata besar sendiri dipengaruhi bahasa daerah gede dewe, yang tepat adalah paling besar.
Jadi, perbaikannya :
  • Mereka yang pernah ke gunung ini pasti sudah merasakan dinginnya udara di sini.
  • Kenikmatan mie buatannya membuat takjub warga sekitarnya.
  • Rumahnya paling besar dibandingkan dengan rumah-rumah tetangganya.
Kalimat yang Cermat, tetapi tidak Komunikatif
Kalimat yang disampaikan oleh pembicara secara lisan atau penulis secara tertulis mungkin saja telah sesuai dengan kaidah bahasa, namun jika penyampaiannya tidak lugas dan padat, dapat menyulitkan komunikan untuk memahaminya. Sebuah kalimat dapat saja penyusunannya sudah cermat tapi tidak komunikatif. Hal ini dapat terjadi karena hal-hal berikut ini.
1. Kalimat terlalu luas atau berbentuk kalimat majemuk kompleks.
Kalimat yang terlalu luas atau panjang dapat mengaburkan maksud yang sebenarnya dari kalimat tersebut. Meskipun penyusunannya tidak menyalahi kaidah gramatikal, namun karena kata yang dipergunakan banyak dan bercabang, dapat menyebabkan pesan yang dikandungnya jadi tidak dapat ditangkap secara utuh.
  • Karena dalam kurikulum itu bidang studi Bahasa Indonesia mendapat tempat yang teratas berdasarkan alokasi waktu yang disediakan untuk pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu 8 jam pelajaran seminggu, sedangkan untuk bidang studi yang lain berkisar dari 2 sampai dengan 6 jam seminggu, pelajaran Bahasa Indonesia dianggap sangat penting dalam rangka mencapai pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, yaitu untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan.
  • Bahasa Indonesia yang oleh Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 diakui sebagai bahasa nasional dipakai di seluruh Indonesia, di daerah-daerah yang berbeda-beda latar belakang kebahasaan, kebudayaan, kesukuan, dan di dalam lapisan masyarakat yang berbeda-beda pula latar belakang pendidikannya.
Dua contoh kalimat di atas merupakan kalimat luas atau panjang karena terdapat klausa-klausa perluasan subjek dan predikat. Uraian kalimat yang terlalu luas itu sulit dicerna jika disampaikan secara lisan, dan juga harus dibaca lebih dari sekali untuk memahaminya dalam bentuk tulisan. Kalimat dapat diperpendek agar lebih mudah dan cepat dipahami dalam bentuk berikut ini.
  • Dalam kurikulum itu, bidang studi Bahasa Indonesia mendapat tempat teratas, yaitu 8 jam pelajaran seminggu, sedangkan untuk bidang studi yang lain berkisar 2 sampai 6 jam seminggu. Karena itu, pelajaran Bahasa Indonesia dianggap penting dalam rangka mencapai pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, yaitu untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan.
  • Bahasa Indonesia yang dalam sumpah Pemuda telah diakui sebagai bahasa nasional dipakai di seluruh Indonesia yang memiliki keragaman bahasa, budaya, suku, dan lapisan masyarakat yang berbeda-beda latar belakang pendidikannya.
2. Kalimat yang terperinci namun pengertiannya secara umum sudah diketahui .
Kalimat yang cenderung panjang kemungkinan dibebani dengan penjelasan yang harus terperinci. Namun, adakalanya kalimat dapat panjang karena menggunakan keterangan yang tidak perlu. Keterangan tersebut secara umum sudah diketahui oleh pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, penjelasan tersebut dapat diganti dengan kata yang sepadan tetapi lebih hemat.
Contoh:
  • Hari ini, Deni menggunakan baju dengan kerah pendek yang biasa orang pakai untuk salat di masjid.
  • Deni memasukkan angin ke dalam ban sepeda agar ban itu kembali dapat dijalankan.
Kalimat di atas terlalu panjang dan tidak efektif. Kedua kalimat di atas dapat diganti dengan kalimat berikut.
  • Hari ini, Deni memakai baju koko.
  • Deni memompa ban sepedanya agar dapat jalan lagi.
Menggunakan Kalimat yang Efektif dan Santun
Dalam komunikasi, bukan hanya penyampaian kalimat yang efektif dan komunikatif yang harus diperhatikan, tetapi juga kesantunan dalam berbahasa. Kalimat yang santun lebih ditujukan untuk penghormatan kepada mitra bicara atau komunikan. Penyampaian kalimat memang harus tetap efektif, cermat, dan komunikatif juga bernilai rasa bagus dan santun.
Untuk menyampaikan kalimat yang santun, harus dipertimbangkan pula penggunaan kosakata baku dan pilihan kata yang sewajarnya serta tidak berkonotasi kurang baik. Dengan kalimat yang efektif dan santun, tanggapan yang muncul dari mitra komunikasi juga akan berkesan baik.
Perhatikanlah contoh kalimat di bawah ini :
contoh 1
  • Agar kami dapat memberikan nilai pada pekerjaan Saudara, kami perlu data pribadi Saudara. (a)
Bandingkan dengan:
  • Agar kami dapat mengevaluasi pekerjaan Saudara, kami membutuhkan data pribadi Saudara.(b)
contoh 2
  • Yang kami tahu selama ini, belum ada siswa yang dikeluarkan karena kasus narkoba.(a)
Bandingkan dengan:
  •  Sepengetahuan kami, belum ada siswa yang dikeluarkan karena kasus narkoba.(b)
contoh 3
  • Setelah membaca surat Saudara tertanggal 4 Juli 2007 dengan nomor surat 122/PC-3/2007, maka kami kirimkan surat balasan...(a)
Bandingkan dengan:
  • Menjawab surat Saudara tertanggal 4 Juli 2007, Nomor 122/PC-03/2007, kami sampaikan bahwa...(b)
contoh 4
  • Untuk menyambut tamu yang kita hormati, kami harap hadirin berdiri. (a)
Bandingkan dengan:
  • Untuk menyambut tamu kehormatan kita, kami mohon kesediaan hadirin untuk berdiri. (b)
contoh 5
  • Kami ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kelalaian kami tersebut. (a)
Bandingkan dengan:
  • Kami menyampaikan permohonan maaf atas kelalaian kami tersebut. (b)
Kesimpulan nya kalimat b lebih terasa santun daripada kalimat a.
Fungsi komunikasi pada bahasa asing .
contoh masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk “berhenti”, “Exit” untuk “keluar”, "Open House" untuk penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran. Jadi bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya dengan satu bahasa melainkan banyak bahasa.
Contohnya :
  1. Alat-alat yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa sebagai berikut:
  2. Gerak badaniah
  3. Alat bunyi-bunyian
  4. Kentongan
  5. Lukisan
  6. Gambar
  7. dsb.
Contohnya :
  • bunyi tong-tong memberi tanda bahaya
  • adanya asap menunjukkan bahaya kebakaran
  • alarm untuk tanda segera berkumpul
  • bedug untuk tanda segera melakukan sholat
  • telepon genggam untuk memanggil orang pada jarak jauh
  • simbol – tanda stop untuk pengguna jalan, simbol laki-laki dan perempuan bagi pengguna toilet.
  • gambar peta yang menunjukkan jalan
  • suasana gemuruh kentongan dipukul tanda ketika ada bahaya
  • adanya asap tampak dari kejauhan pertanda kebakaran
  • bunyi alarm (suasana tanda bahaya gempa bumi/bencana alam) dsb.
Contoh dalam kehidupan sehari hari
misalkan seorang satpam perumahan berjaga-jaga/ronda pada malam hari, pada saat sudah mendekati jam 12.00 malam satpam tersebut membunyikan kentongan yang bertanda bahwa waktu sudah tepat pukul 12.00 malam. Dan timbul timbal balik antara satpam sama orang-orang disekitar perumahan.setiap orang jadi lebih mengerti tanda waktu pergantian tersebut Jadi, bahasa yang dipakai satpam tersebut berupa kentongan yang memberikan pertanda sesuatu akan terjadi/ sesuatu yang sudah mestinya dilakukan.
Kesimpulan dari tulisan saya ini .
Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri. Sejak kecil, tanpa kita sadari, kita sudah mempelajari bahasa secara sendiri, tanpa ada yang mengajari. Kita bisa belajar sedikit demi sedikit dari apa yang kita lihat & dengar di lingkungan kita. Setiap bahasa yang dituliskan ataupun yang dilafalkan pasti memiliki makna. Melalui bahasa kita dapat menuangkan ide atau gagasan yang kita pikirkan.Bahasa merupakan dasar segala kegiatan yang kita lakukan. Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya. Dan gunakanlah sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahas yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi . pemelihan itu berikatan dengan topik yang di bicarakan , tujuan pembicaraan, orang yang di ajak berbicara ( kalau lisan ) atau pembaca (jika tulis) , dan tempat pembicaraan. selain itu, bahasa yang baik itu bernalar , dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita .

"Semoga bermanfaat untuk teman - teman,  Terima kasih".

Sumber : http://denyseto.blogspot.com/2013/10/penggunaan-bahasa-indonesia-yang-baik_24.html. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar